Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum memberikan jaminan kondisi Waduk Jatiluhur masih dalam kondisi aman meskipun terjadi limpasan air tetapi masih dalam posisi normal.
"Meski terjadi pelimpasan tetapi masih dalam ukuran normal seperti ketinggian di bawah 7 meter dan volume 400 sampai 500 meter kubik per detik," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam kunjungan ke Jatiluhur, hari ini.
Menteri PU setelah mendengar dari tenaga ahli yang bertugas meneliti keamanan bendungan langsung menyampaikan penjelasan kepada wartawan, secara keseluruhan konstruksi bendungan tidak masalah.
"Yang tidak boleh terjadi kalau air sampai melimpas melewati bendungan," kata Menteri PU.
Menurut Menteri PU, hingga saat ini daya tampung Waduk Jatiluhur masih sangat aman untuk menampung air dari Waduk Cirata. Begitu pula air yang digelontorkan Waduk ini ke saluran pembuangan (diluar saluran tarum barat) kemudian masuk ke Sungai Citarum tergolong masih dalam batas kendali yang direncanakan yakni berkisar antara 700-800 meter kubik per detik.
Kisaran angka ini hampir sama dengan air yang diterima dari Bendung Cirata, sekitar 700 meter kubik per detik. Jauh dari daya tampung maksimal Waduk yang kapasitasnya mencapai 3.000 meter kubik per detik.
Djoko menegaskan, ada dua hal yang menjadi perhatian serius pemerintah, terkait dengan penggelontoran air Waduk yaitu, menyelamatkan bangunan Waduk dan mengendalikan banjir agar tidak meluas ke beberapa daerah.
Menteri membantah isu yang beredar di masyarakat Karawang dimana isi pesannya menyebutkan bahwa banjir yang menimpa sebagian Jawa Barat akibat dari limpasan air Waduk Jatiluhur yang kapasitasnya mencapai 5.000 meter kubik per detik.
Djoko menilai berita itu tidak benar dan itu sangat meresahkan masyarakat.
Menyikapi hal itu, Menteri PU menghimbau masyarakat agar tidak mempercayainya. Diakui, banjir memang sudah seharusnya terjadi lantaran dikarenakan; tingginya curah air hujan yang turun beberapa hari lalu.
Kedua, kerusakan daerah hulu turut memperparah keadaan sehingga wilayah genangan banjir semakin bertambah. Djoko menyebut, banjir yang terjadi dihilir (Kab. Karawang, Bekasi) akibat adanya tambahan dari Sungai Cikao selain dari Sungai Citarum.
"Air yang dilepas dari Jatiluhur totalnya hanya sekitar 700 m3/detik. Kalau beritanya 5.000m3/detik, itu sangat tidak benar. Saya harapkan ungkapan saya bisa meluruskan berita-berita yang beredar selama ini," kata Djoko.
Sama halnya dengan Menteri PU, Direktur Pengelolaan Sungai, Danau dan Waduk (SDW), Widagdo juga menilai, kejadian banjir yang kini menggenangi sebagian Jawa Barat akibat dari tingginya curah hujan yang turun di wilayah hulu sejak Jumat lalu.
Terkait dengan bencana ini, Widagdo menghimbau agar masyarakat dapat menyikapinya dan berupaya waspada mengantisipasi tindakan penyelamatan.
Sementara itu, Dirut Perum Jasa Tirta II (PJT II), Djendam Gurusinga, mengatakan debit air di Sungai Citarum bertambah dikarenakan dibukanya pintu air di Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur.
Menurutnya, bila tidak dibuka sangat membahayakan bendungan dan merusak turbin listrik di kedua waduk tersebut.
Hasil pantauan, di Waduk Jatiluhur, volume air mencapai hingga 108,2 meter di atas permukaan laut. Padahal batas ketinggian pelimpah waduk hanya 107 meter.
Kondisi ini memaksa pihaknya harus mengalirkan air ke Sungai Citarum. Jendam juga menyangkan terendamnya wilayah Karawang akibat tingginya curah hujan tahun ini. Selaku pihak pengelola waduk Jatiluhur, dirinya hanya bisa berharap curah hujan dalam hari-hari ke depan dapat kembali mereda. (ts)
Posting Komentar